SEBERAPA PENTINGKAH GURU DALAM PEMBELAJARAN GENERASI Z?

(*oleh: Lajianto)

 

Banyak orang memberikan komentar dan berbicara dengan leluasa tentang berbagai hal karena menganggap dirinya memiliki ilmu dan hikmah yang cukup. Padahal mereka tidak memiliki cukup kompetensi dan keahlian terkait dengan konsep yang dibicarakan. Hal tersebut dapat disebabkan mereka hanya mendapatkan informasi dari media sosial yang tidak jelas sumbernya, datanya tidak valid dan tidak bisa diverifikasi, serta tidak memiliki hasil analisis yang rasional.

Generasi Z didefinisikan sebagai generasi yang lahir antara tahun 1997 – 2012 dan merupakan kelanjutan generasi-generasi sebelumnya. Ketrampilan mengoperasi internet yang dikuasai oleh generasi ini menjadikan kehidupan mereka menjadi mandiri dalam mencari informasi yang serba cepat (Lukum, 2019). Hal ini sering menjadi boomerang bagi anak-anak yang notabene sebagai subyek utama perkembangan teknologi sehingga menyebabkan lepas kontrol dalam share informasi dan  tidak jarang berakibat pada kesalahpahaman satu sama lain yang berdampak munculnya konflik baru.

Itulah sebabnya para ulama terdahulu memandang bahwa orang yang mempelajari dan mengambil ilmu atau informasi dari beberapa sumber seperti buku atau media sosial apapun bentuknya harus tetap dalam bimbingan guru agar terhindar dari kesesatan berpikir. Teori tersebut selaras dengan pernyataan (Sulaiman, 2022) yang mengatakan bahwa keberadaan guru berperan untuk menjelaskan masalah yang sulit, merinci yang global, membatasi yang umum, menerangkan maksud dari istilah-istilah tertentu yang umumnya tidak mudah dipahami secara langsung tanpa penjelasan guru.

Merujuk pada ulasan di atas dapat kita simpulkan bahwa teknologi boleh berkembang, informasi dapat melesat secepat kilat. Akan tetapi, peran guru sebagai pengawal pendidikan yang beradab tidak dapat digantikan oleh apapun (Sinulingga, 2016). Hal ini dikarenakan teknologi tak dapat menjadi fasilitator, inspirator, motivator, imajinasi, kreativitas, empati sosial, dan tim kerja serta pengembang nilai-nilai karakter (Pendidikan & Vol, 2019). Meskipun demikian, bukan berarti guru hanya diam tanpa ada upaya untuk upgrade skill. Sebagai agent of change guru harus terus mengembangkan kompetensi hard skill ataupun soft skill agar menghasilkan pendidikan berkualitas dan tetap menjadi unsur penting dalam proses pendidikan generasi Z.